
JOS SUTOMO (68) samarinda
"SAAT ITU TUBUH SAYA BAGAIKAN MAYAT HIDUP"
Sepuluh tahun lamanya pengusaha hotel kenamaan ini
mengidap sakit spondylosis cervical (kecetit leher).
Sakit hebat di bagian leher dan kepala membuat
dirinya sudah tak bisa berbuat apa-apa. Saking parahnya
di berbagai kesempatan dia menyebut jika saat itu kondisi
fisiknya bagaikan mayat hidup. Tapi pengusaha yang memiliki
wawasan kebangsaan luas tersebut bersyukur setelah
berkelana keliling dunia mencari kesembuhan justru dokter
dari Surabaya yang akhirnya berhasil mengobati. "Dokter yang
ada di berbagai belahan dunia yang pernah saya kunjungi belum satupun yang berhasil menyembuhkan," kata
bapak dua belas orang anak ini dengan berapi-api.
Sejak kapan sebenarnya sakit itu mulai
terasa?
Cukup lama, sudah sejak tahun 2000-an.
Awalnya bagaimana?
Kalau awalnya memang tidak seberapa. Semula
saya merasakan ada sesuatu yang tidak nyaman
pada bagian leher dan pundak. Tapi yang membuat
risau makin lama sakit itu bukan hilang tapi justru
makin parah.
Seperti apa sih sakitnya ?
Sulit saya ceritakan, tapi yang pasti namanya
leher, pundak dan sekitarnya sakitnya minta ampun.
Sudah beragam metode pengobatan saya lakukan,
mulai pijat, sinshe, sampai ke berbagai dokter saraf,
tapi semuanya belum berhasil menyembuhkan. Saya
waktu itu benar-benar bagaikan mayat hidup. Meski
saya bernyawa tapi raga saya tidak bias berbuat apaapa
akibat kesakitan yang luar biasa.
Merasakan demikian apa yang Anda lakukan?
Karena dokter di tanah air belum bisa menangani
kemudian saya mencoba berobat ke Singapura, yang
konon disana selain gudangnya para dokter ahli juga
di tunjang peralatan medis canggih. Tapi lagi-lagi
belum sukses, mereka sudah tahu kalau sakit saya itu
bersumber pada batang leher tapi mereka tidak bisa
menyembuhkan. Dia hanya memberikan obat-obatan
penghilang rasa sakit yang sifatnya sementara.
Karena tidak berhasil di satu rumah sakit, kemudian
saya mencoba mendatangi dokter dan rumah sakit
lainnya, tapi lagi-lagi usaha saya belum berhasil
juga, demikian seterusnya. Tak berhasil di Singapura
kemudian saya mencoba ke berbagai Negara
lainnya. Bahkan ketika di Amerika tetap tidak berhasil
juga. Karena dianggap tulang leher saya ada yang
bermasalah sehingga oleh ahli tulang tersebut batang
leher saya di tekuk-tekuk nggak karuan. Tapi, semua itu
tidak berhasil juga, sakitnya tidak bisa sembuh bahkan
pundak dan kepala saya makin menjadi. Karena saya
sudah kehilangan akal, kemudian saya mencoba
berobat secara supranatural di berbagai tempat. Tapi
semua itu belum satu pun yang menyembuhkan.
Lalu bagaimana sembuhnya ?
Lagi-lagi memang ini semua sudah jalan Allah.
Ceritanya, ketika dalam sebuah perjalanan di atas
pesawat dari Bali menuju ke Surabaya, teman saya Henry J. Gunawan yang pernah sakit seperti ini, mengenalkan dengan dr.Sofyan yang ada dalam satu pesawat. Kemudian saya mengutarakan sedikit tentang sakit saya.
Esoknya di tempat praktik saya diberi penjelasan secara gamblang sekaligus penyembuhan melalui operasi di bagian leher. Penjelasannya sangat rasional kemudian saya mantap untuk dilakukan operasi. Menurutnya, ada dua bantalan ruas leher saya mengalami kerusakan, akibatnya menekan saraf-saraf yang ada disana. Memang kondisinya cukup parah. Teknik operasinya dengan cara dua bantalan tersebut diganti. Tapi, meski terlihat sederhana karena lokasinya di tempat sangat sensitive jadi memang harus dilakukan oleh dokter yang expert di bidangnya.
Konon banyak yang tidak setuju Anda operasi di Surabaya?
Benar sekali. Jangankan orang lain, anak saya sendiri melarang keras. Mereka semua sudah under estimate operasi yang ditangani oleh dokter tanah air apalagi di Surabaya. Saya bisa mamahami, karena dokter yang ada di rumah sakit mewah di luar negeri saja tidak berhasil apalagi di sini, demikian kira-kira logikanya. Tapi, karena penjelasan lengkap dan memadai saya mantap untuk tetap menjalani operasi yang dilakukan akhir tahun 2011, apalagi saat itu saya sudah tidak tahan lagi menanggung kesakitan yang luar biasa.
Lalu ?
Saya tak henti-hentinya bersyukur, setelah operasi usai dan siuman, leher, dan bagian kepala saya yang semula sakit luar biasa langsung mendadak hilang. Bahkan, keesokan harinya saya sudah bisa pulang ke rumah kemudian beraktifitas seperti sediakala. Saya benar-benar tak dapat melupakan pengalaman yang sangat menakjubkan itu. Bayangkan saya sudah menanggung beban sakit hebat sepuluh tahun lamanya, jadi begitu sembuh luar biasa gembiranya. Tak hanya saya pribadi, keluarga dan teman-teman juga ikut bahagia.
Dengan keberhasilan ini, Anda punya kesan khusus pada dokter tanah air?
Sejak itu saya berkesimpulan bahwa kita ini memiliki dokter-dokter yang hebat dan tangguh. Cuma, kita saja yang tidak memberi kepercayaan. Saat ini seharusnya kita jadi kan tonggak kebangkitan dunia kedokteran tanah air. Jangan kita manja, sakit sedikit saja harus pergi ke Singapura. Dengan pengalaman saya ini justru harus sebaliknya, para pasien yang ada di luar negeri sebisa mungkin kita tarik supaya berobat ke Indonesia. Tentu kita harus meningkatkan pelayanan sebaik mungkin.
Setelah sembuh apa yang Anda lakukan?
Sejak itu saya terus berusaha mengabarkan berita gembira ini kepada siapa saja dan dimana saja. Bahkan secara pribadi saya juga berpesan kepada dr. Sofyan, agar ilmu yang dimilikinya tersebut lebih bermanfaat, harus dibagi kepada dokter-dokter yang lain, supaya pasien lain bisa mendapat pengobatan yang tepat. Sebab saya yakin, yang memiliki sakit seperti saya ini sangat banyak. Tapi karena faktor keterbatasan informasi saja mereka tidak tahu.