arumsabil

KISAH FITRA HARIYADI (32), MANTAN PENDERITA MENINGIOMA (TUMOR OTAK)

 

"MATA KANAN YANG SEMPAT BUTA KINI KEMBALI NORMAL"

Kepala cabang sebuah perusahaan finance di Pekanbaru ini menderita tumor yang menempel di selaput otaknya (meningioma). Beberapa dokter dan rumah sakit didatangi namun tak memberikan harapan. "Bahkan ketika berobat ke RS di Malaka, dokter hanya memberikan jaminan maksimal 50 persen kesembuhan, itu belum termasuk efek kelumpuhan, kebutaan bahkan kematian," kenang bapak dua orang anak tersebut.

Fitra tak pernah menyangka sakit migren yang dia rasakan sejak di bangku SMA itu merupakan pertanda adanya tumor yang menempel di otaknya. Ia mengira, sakit tersebut hanya sakit biasa yang cukup diobati dengan obat sakit kepala yang dijual bebas.

Sejak tahun 2012 ia mulai curiga karena migren semakin hebat, berapa butirpun obat sakit kepala tidak bisa mengatasi sakitnya, parahnya dalam waktu bersamaan dia merasakan kedua matanya kabur. "Mata kanan makin berkurang ketajamannya sedang mata kiri setiap melihat obyek tampak terbelah menjadi dua, juga tangan dan pundak terasa kebas," cerita lelaki ramah tersebut.

Kecemasan Fitra makin menjadi karena penglihatannya makin merosot tajam bahkan mata sebelah kanan akhirnya buta total. Ia masih ingat persis untuk melihat serta mengangkat sesuatu ia terpaksa dibantu oleh anak buahnya.

Pada September 2012 teka-teki sakitnya terungkap, dari foto CT Scan di Pekanbaru diketahui kalau di kepala kanan ada tumor yang besar. "Saya dan keluarga benar-benar syok ketika dinyatakan ada tumor di otak" terang Fitra.

Atas saran dari teman ia berobat ke Malaka dan dari hasil MRI dokter menyatakan operasi dengan keberhasilannya maksimal 50 persen itu belum termasuk risiko yang harus ditanggung mulai dari kelumpuhan, buta total bahkan bisa berujung kematian. "Tentu saja membuat nyali saya menciut, belum lagi dia mematok biaya sekitar Rp 150 juta," cerita Fitra yang langsung kembali ke Pekanbaru dengan perasaan makin tertekan.

Di tengah kekalutan tersebut, Januari 2013 ada informasi yang mengembirakan dari Pak Bahrumsyah Pekanbaru, dia merekomendasikan saya ke dr. Sofyanto di Surabaya, sebab dia baru pulang dan sembuh setelah operasi di Surabaya. "Saya bersyukur, setelah browsing internet, saya hubungi dokter dan menerima saya untuk segera datang ke Surabaya," kenangnya.

Yang membuat ia gembira, penjelasan yang diberikan tim dokter bedah saraf sangat rasional dan mampu membesarkan hatinya dengan tingkat keberhasilan operasi sangat tinggi. "Makanya tanpa membuang waktu saya menyetujui dilakukan operasi," imbuh Fitra karena tumor tersebut sebesar bola tenis sehingga perlu waktu operasi sekitar 12 jam.

Dan Fitra tak bisa menceritakan bagaimana gembiranya setelah tersadar dari operasi, mata kanan yang semula buta total langsung bisa melihat meski tidak langsung sempurna. Demikian pula tangan kanan serta bahu yang loyo menjadi kembali bertenaga. "Baru tiga hari setelah operasi saya sudah ikut senam pagi bersama karyawan rumah sakit," kata Fitra dengan senyum bahagia.

 

 

Galery & Story

1 Mei 2012

HM. Arum Sabil
Saraf Kejepit dan Persimpangan Jalan
Sony Ramba, Surabaya
"Menderita Lumbal Malah Didiagnosa Asam Urat" Ny Tressye
"Peserta Manjadi Puas"

aesculap
logotn
logocervical
arumsabil3